Anak Berbaju Ungu
Aku berjalan tergesa-gesa menuju kantorku. Yup, aku memang bangun agak kesiangan pagi ini. Sehingga aku harus mengejar waktu agar tidak terlambat sampai di kantor. Seperti biasa sesudah berjalan sekitar 100 meter dari kosku, aku sampai di sebuah halte. Disitulah tempatku biasa menunggu bus.
Hampir setiap pagi aku ketemu dengan orang-orang yang sama di halte itu. Mereka juga para pekerja kantor, sama dengan aku. Aku hapal dengan wajah-wajah mereka, sekalipun aku sama sekali tidak tahu nama-nama mereka.
Tetapi ada yang berbeda hari ini, aku melihat seorang anak kecil. Perempuan yang mungkin berusia 10 tahunan itu sedang duduk melamun di halte. Pakaian lusuhnya berwarna ungu, dan wajahnya tampak sedih sekali. Belum sempat terlalu lama mengamati anak itu – tiba-tiba busku datang dan aku berangkat bekerja.
—
Besok paginya, di halte itu aku melihat anak kecil itu lagi. Dengan baju yang sama lusuhnya dengan kemarin, dan dengan raut muka yang sama sedihnya juga. Ada yang unik dengan anak itu, entah kenapa dia selalu mengamati orang-orang yang menunggu di halte itu.
—-
Pagi ini adalah pagi yang ketiga kulihat anak itu. Semua pada dirinya tetap sama. Pakaian ungu lusuh dan wajah sedih. “Mungkin ia adalah gelandangan yang tinggal di halte ini”. Pikirku. Dari caranya berpakaian yang asal-asalan saya bisa memastikan anak itu adalah seorang anak jalanan. Mungkin dia adalah salah satu pengamen yang sering menyanyikan lagu-lagu tak jelas di perempatan dekat halte bus ini.
—-
Sepuluh hari sudah kulihat anak itu tetap duduk di tempatnya setiap pagi. Hari ini aku punya jadwal piket di kantor, sehingga aku harus datang lebih pagi dari biasanya. Tidak ada orang lain di halte kecuali aku dan anak berbaju ungu itu.
“Kenapa engkau selalu bersedih ?” tanyaku, “Apa kamu lapar ?”
“Nggak mas” jawabnya singkat, “Aku hanya menjalankan tugas”
“Tugas apa ?” tanyaku agak aneh.
Raut wajah anak itu tiba-tiba berubah, dia tertawa riang sambil berkata :
“Tugas untuk menunggu seseorang mau menyapaku”
Sesudah berkata demikian, baju gadis itu mendadak berubah menjadi putih bersih – dan di punggunggnya muncul sepasang sayap putih. Sambil tersenyum, anak itu perlahan-lahan menghilang dari pandanganku, dan berubah menjadi bola putih bersinar yang langsung melesat menuju langit.
Dan aku masih terbengong-bengong berdiri di sini.
(semoga cerita ini dapat mengingatkan kita untuk lebih ‘peduli’ dan mau menyapa)
——–
Nambah informasi dikit yaa… hari juga telah diluncurkan blog yang masih satu keluarga dengan Gravis Design. Nama Blognya “Psyconcept” – sebuah titik pertemuan antara ide dan kenyataan. Blog ini berisi ide-ide dan curahan hati bloggernya. alamatnya di : ide.gravis-design.com
Blog ini di posting oleh tiga orang sekaligus, dan mereka adalah orang-orang terbaik yang pernah aku kenal :
– Agus – Bali
Pendiri dan penggagas blog, dia yg selama ini mengurusi manajemen gravis design. Sangat aktif dalam berbagai pelayanan sosial dan anak-anak jalanan.
– Syah (Ijay) – Jakarta
Entertainer plus enterpreuner muda yg cukup keren. Dia sekarang kerja sebagai project manager di KFC. Dia yang menangani berbagai roadshow nya KFC, dari KFC Go to school hingga ngurusi show-show band KFC (Bonus, dsb). Pernah tergabung juga dalam Hai Artist Manajemen dan pernah bertugas mengurusi manajemen Staccatto dan Kotak band.
– Katrin – Jakarta
Seorang penulis cerpen lepas. Dia cukup dikenal dengan prosa-prosa lepas yang sederhana tapi memikat. Pengalaman hidup yang beraneka ragam membuat cewek manis ini selalu punya ide-ide segar untuk menulis.
OK… cuman info aja.. cek aja lebih lanjut langsung ke blog mereka di :
ide.gravis-design.com
14 Komentar di “Anak Berbaju Ungu”
bener2 kisah penuh inspirator mas
kadang menyapa menjadi ego shingga
malas utk menyampaikan terlebih dahulu
smoga dgn membaca artikel mas ini
kita bisa membudayakan betapa berartinya
kalimat “menyapa”
nice posttt,,,
jadi kebuka hatiku
🙂
bagus neh ceritanya
cuwek memang kadang merugikan, peduli lebih menguntungkan…
bener juga,apalagi di kota-kota besar seperi jakarta, orang hanya memikirkan diri sendiri dan tak pernah peduli dengan lingkungan sekitarnya.
luar biasa sekali ceritanya….
Kisah yang penuh makna,and tulisannya bagus..maaf saya ikutan koment..
kunjungan pertamaku di suguhi cerita yg menyentuh hati seorang manusia, betapa kadang kita kurang prihatin ama sekeliling kita
thanks y pencerahannya
salam persahabatan ku ulurkan moga berterusan. Amin
Saya kurang termotivasi sama cerita ini, karna terlalu mirip dongeng.
@deby:
emang mirip dongeng sich..
tapi makna yang terkandung di dalamnya sangat mendalam..
saya bisa menangkap itu…
posting luar biasa mas.
thanks..
singkat padat penuh makna…
Menyentuh hati ….
Ternyata dari 10 hari itu, tidak satupun yang mencoba menyapanya, kecuali yang terakhir…
Hidup di kota memang penuh individualisme, cuek, dan masa bodo dengan lingkungan di sekitarnya…
Sebelum kalimat :
“Nggak Mas” jawabnya singkat..
aku pikir si tokoh “aku” dalam cerita tersebut perempuan.
heheheh..
thanks son, impirasinya sangat saya sukai izin saya memakai ide ini utk saya jadikan bahan ujian siswa-siswi saya utk di jadikan mini ftv seri tayangan tv, sebagai ucapain trima kasih saya tuliskan nanti sumper inpirasi darimu dan blokmu di title akhir penayangan atau awal penayangan, ini pin bb saya 293eb56c, thanks