Anti Korupsi – BlogPost Competition
YUP! ini adalah kelanjutan dari artikel sebelumnya mengenai kenduri tahun pertama CeritaInspirasi.net. Seperti yang telah dituturkan, blog ini akan mengadakan sebuah kompetisi artikel. Setelah melalui berbagai proses dan kesepakatan dengan pihak-pihak yang terkait.. Thanks, GOD! kompetisi ini jadi dilaksanakan.
Secara pribadi, kompetisi ini lebih berdasar pada dorongan saat membaca karya pemikiran blogger-blogger sahabat. Saat blogwalking, sering sekali saya menemui berbagai artikel yang sangat cerdas. Baik dari segi tema, pemikiran, maupun cara penuturannya. “Sayang..” itu yang muncul dalam benak ketika artikel-artikel tersebut hanya berhenti di blog atau komunitasnya masing-masing.
Sebuah Kesimpulan: 1st Anniversary
(sambungan dari artikel “Sebuah Dukungan“)
Beberapa waktu lalu, ada beberapa sahabat yang bertanya kenapa ada empat tulisan sebelum artikel ini diberi atribut ‘bersambung’ padahal masing-masing tidak saling berhubungan. Yup.. masing-masing tulisan tersebut memang merujuk pada sebuah kesimpulan. What? CeritaInspirasi.net sedang merayakan ULANG TAHUN-nya yang pertama. 🙂
“If life is so short” menggambarkan umur blog ini yang hanya singkat, tidak bisa menemani sahabat (dan saya) selamanya. “Sang Ustad” menggambarkan bergantinya template. “Tentang Perpisahan” menuturkan telah berpisahnya dari situs induk lalu memiliki domain baru (www.ceritainspirasi.net). Serta “Sebuah Dukungan” yang menceritakan uluran sponsor yang membuat Cerita Inspirasi tetap eksis hingga hari ini. Kalau ada sahabat yang dulu sempat memeriksa IP address Cerita Inspirasi, dapat diketahui juga kalo blog ini sudah berganti hosting, bukan domainnya saja.
Tentang Perpisahan
(sambungan dari artikel “Sang Ustad“)
Suatu hari seorang anak muda bertanya kepada gurunya. “Sentaku, ceritakan padaku tentang perpisahan.” Mendengar pertanyaan itu Sentaku tersenyum. Setelah duduk, meletakkan tongkatnya dan menghela nafas, dengan bijaksana Sentaku mulai bercerita.
“Perpisahan adalah awal bagi yang baru. Seperti rajawali saat meninggalkan anak-anaknya. Seperti ular yang membuang kulit luarnya di musim panas. Pun seperti letupan dalam buih, setiap hentakan perpisahan selalu melahirkan pencerahan yang akan terbekal dalam waktu selanjutnya.
Sang Ustad
(sambungan dari artikel “If life is so short..“)
Cerita ini diawali dari perayaan Idul Adha pada kampung di pinggir sebuah kota besar. Seperti biasa, Orang-orang kaya di kampung itu selalu berlomba-lomba memberi sapi dan kambing sebagai korban. Dan sesuai dengan kebiasaan pula, sesudah Maghrib selalu diadakan semacam perayaan dan pengajian Idhul Adha.
Seorang ustad yang cukup terkenal didatangkan dari kampung lain untuk memberi ceramah. Sesudah dipanggil oleh pembawa acara, sang ustad naik ke mimbar. Ustad itu mengenakan baju muslim lengkap. Baju koko yang disetrika licin, sarung, dan peci telah terpakai manis di tubuhnya.
if life is so short..
Seorang anak muda yang sedang bermain di luar kota. Angkutan umum sudah habis dan ia kesulitan untuk pulang. Maka ia memutuskan untuk menginap di rumah yang ditemuinya. “Pak, bolehkah saya menginap di sini?” tanya anak muda itu kepada pemilik rumah. “Tidak boleh! memang kamu pikir rumah ini hotel?” jawab pemilik rumah itu dengan ketus.
“Memang rumah ini dulu dibangun oleh siapa?” balas anak muda. “Oleh kakek buyut saya!” jawab pemilik rumah itu. “Lalu kakek buyutmu sekarang dimana?” Anak muda itu tidak mau kalah. “Kakek buyut saya meninggal 40 tahun lalu, kemudian rumah ini ditinggali anaknya – yaitu kakek saya. Sesudah kakek saya meninggal, bapak dan ibu saya tinggal di sini. Tetapi tiga tahun yang lalu bapak saya meninggal, lalu saya dan istri saya memutuskan untuk pindah ke mari dan menemani Ibu. Mungkin kelak saya akan mewariskan rumah ini pada salah satu anak saya.” Pemilik rumah itu bercerita dengan cepat.
Tentang Cinta (2)
Kepala lelaki perkasa itu tertunduk lesu di depan cermin. Dilihatnya sekali lagi wajah dirinya dan kekasihnya yang tercetak di foto beberapa bulan yang lalu. “Aku dulu..” ia tak mampu lagi melanjutkan kata-katanya. Tak terasa, lelehan air mulai mengalir di sudut-sudut kelopak mata.. makin deras.. dan deras.. “Aku mencintaimu sayang.. tapi entah, apakah aku masih sanggup melakukannya untukmu.”
Lelaki itu seorang prajurit. Seminggu yang lalu negara mengirimnya ke sebuah medan pertempuran. Dalam sebuah pertempuran tersebut, sebutir mortir membuat kamp tempat tinggalnya terbakar hebat. Beberapa orang masih hidup, termasuk prajurit itu.. sekalipun luka bakar memakan habis wajah dan sebagian tubuhnya.