Sang Ustad
(sambungan dari artikel “If life is so short..“)
Cerita ini diawali dari perayaan Idul Adha pada kampung di pinggir sebuah kota besar. Seperti biasa, Orang-orang kaya di kampung itu selalu berlomba-lomba memberi sapi dan kambing sebagai korban. Dan sesuai dengan kebiasaan pula, sesudah Maghrib selalu diadakan semacam perayaan dan pengajian Idhul Adha.
Seorang ustad yang cukup terkenal didatangkan dari kampung lain untuk memberi ceramah. Sesudah dipanggil oleh pembawa acara, sang ustad naik ke mimbar. Ustad itu mengenakan baju muslim lengkap. Baju koko yang disetrika licin, sarung, dan peci telah terpakai manis di tubuhnya.
Sambil tersenyum, sang ustad tadi bertanya kepada yang hadir di situ, “Coba tebak, apa agama saya?” Sambil senyam-senyum hadirin itu serentak menjawab “Islaaam..” Lalu Ustad melepas pecinya. Kemudian bertanya lagi, “Apa agama saya?” Hadirin pun menjawab lagi, “Islaaam..”
Sang ustad melepas baju kokonya dan berganti dengan tshirt lusuh. Tidak hanya itu, ia juga melepas sarungnya. Ternyata dia masih menggunakan celana pendek selutut di balik sarung tersebut. Sekarang sang ustad hanya memakai tshirt lusuh dan celana pendek selutut.
Kemudian ia melontarkan pertanyaan retoris pada hadirin, “Apakah anda semua masih yakin saya Islam?”. Belum sempat para hadirin menjawab, sang ustad berkata lagi, “Seperti inilah cara Tuhan melihat umatnya… khotbah selesai, sekian dan terima kasih.” Sambil tersenyum ustad itu turun dari mimbar diiringi puluhan mata yang menatapnya sambil tertegun dan bingung.
—————————-
Cerita di atas dituturkan oleh seorang ustad yang sekarang menjadi penulis buku pada penerbitan yang tengah saya kelola bersama beberapa rekan. Sebuah cara pengajaran yang cukup nakal tapi cerdas. Lewat bergantinya aksesoris yang ia pakai, ia berharap agar hadirin bisa memahami sesuatu yang memang tidak bisa diungkapkan kata-kata.
Seperti blog ini yang juga telah berganti ‘baju’. Sebuah template eksperimental dengan melibatkan dinamika JavaScript pada headernya. Semoga dengan tampilan baru, blog ini tidak kehilangan identitasnya, serta bisa membuat pengunjung lebih terpacu untuk memahami banyak hal di situs ini.. terutama yang tidak dapat terungkap lewat tulisan… salam.. ^^
(bersambung ke artikel “Tentang Perpisahan“)
.
48 Komentar di “Sang Ustad”
Lama tak berkunjung, sudah sampai Belanda ternyata. ceritanya bikin saya kaget, sekaligus tertegun haru…..headernya bagus……
Hahaha,,,ya bener juga tuh ustad, kadang ada beberapa hal yang sulit dijelaskan ama kata-kata.
Sip… memang begitulah cara Allah menilai umatnya, mantab Mas Jod.
Templatenya bagus koq.
Main balik ya ke tmptku, ada crita inspirasi juga
menuju TKP..
hm masih bukan postingan yang “itu”…………
hehehehehehe………………
ceritanya mantab jod……….memang kitapun seharusnya melihat seseorang bukan karena latar belakang ataupun kasta atau embel2 apapun………tapi lihatlah apa adanya tanpa batasan tersebut!!!
NB…..itu kincirnya muter……muter…..menghipnotis hehehehehe!!!
abis ini.. he..he.. ^^
jangan lihat dari penampilan doang,, dan ga semua hal harus disampaikan lewat kata2,, lagipula perbuatan lebih penting daripada sekedar kata-kata,, itu yang aku tangkep dari cerita di atas,, kalo bener alhamdulillah kalo salah berarti kesalahan pada keyboardnya waktu ngetik,, wkwkwkwk… :p
btw,, walopun sekarang ada kincir angin di headernya,, tapi yang ini lebih ringan dari yang kemaren lho mas 😉
mantep deh.. wajahnya makin cakep.. ugh jangan GR.. blognya, isinya. lanjut yaaaaa
waaaah ustadnya keren bang
hahahahaha
dramatis! amazing! perfect! *apasih?*
Bagaimana cara tahu Allah menilai orang seperti itu?
cerita yg sangat mengisvirasi bang….templetenya keren bang…saya bisa lihat keindahannya skrg , krn lagi bw di kompi…
Untung pak ustadz nggal dilempar sendal sama panitia.
Panitia mungkin merasa rugi karena diperkirakan ceramah akan menghabiskan waktu 1 jam, ternyata ngga sampai 10 menit selesai.
Salam.
jujur g ngerti..
gimana caranya memahami hal yg tdk bisa dsmpaikan dgn kata2 pdhl media penyampaiannya media tulis, lisan.? kl media perasaan bisa x y.
he.he.. yaa.. gitu deeeeh,…. ^^
Template baru tetep nyaman kok kang, isinya pun nyaman dibaca dan diresapi…..Selalu memberi inspirasi…..matur nuwun…..
agak berad mas leot baru na ini loh
hhoho dont judge a buk by its coper dunk wkwkwk
yg penting bukan apa yg dipakainya, tp dalamnya. begitukah maksudnya mas?
betul kang.. ^^
jangan menilai seseorang hanya dari luarnya atau yang tampak saja.
ehm, ustad bener juga tuh….kadang dengan kata-kata saja nggak cukup untuk menjelaskan sesuatu
hehehee
Suka sekali dengan tausiyah ini.. Terima kasih mas untuk sharingnya,semoga saya tidak salah memaknai..
Ada yg terlupa, suka banget dengan design dan tag headernya : “Bukan untuk mengajari, menuntun, menggurui, bahkan mengubah.. hanya ingin menggoreskan warna, seperti merah bertemu jingga.. hanya ingin mengukir cermin, seperti cahaya bertemu prisma.. tentang sebuah ruang hati yang berbicara lewat sisi lain.. tentang perasaan, pemikiran, dan denyut bawah sadar..”
Islam tercermin dari keyakinan
apapun pakaiannya, minumnya teh bot… (oooopsss iklan)
apapun timpletnya, sing penting isinya maknyuuuuussss
Mungkin senada dengan ucapan Sayyidina Ali, “Undzur Ma Qoola Wa La tandzur Man Qoola….. yang terjemah bebasnya itu, kita dalam menilai seseorang yang dilihat apa yang dibicaraan atau isi pembicaraan, buan karena siapa orang itu…. 🙂
Fantastis…pertama liat theme-nya hiduuup sekali 🙂 salam kenal dr diajeng 🙂
Bersediakah anda berbagi ilmu dengan diajeng “bagaimana caranya membuat theme sehidup itu ? ” mungkin bisa di share by email..makasih sebelumnya 🙂
mmm.. gimana ya? he..he.. pengin sih bisa berbagi ilmu, tapi susah neranginnya.. soale panjang banget, yg jelas header theme ini dibuat dari gabungan image dan java.. mungkin kapan-kapan mo tak posting di gravisware.com ; tapi gak janji yaaa… he..he..
Balas
jangan liaht dari luar lihat lah dari dalam…bener..siep mantaaap gtu ustadz
Durian luarnya serem dalemnya nyemmmmmm… 😀
ustadz yg jahil…hehe….tp penuh makna…good story mas!
Inspirasi yang menarik dan membangun…..saya juga idem deh…itu gambar header nya gift atau di pasangi widget lain ya?mohon penjelasanya ya….cz aq pengen mengaplikasikan ke blogger…..
itu bukan widget bang, tapi memang murni template-nya dibuat kayak gini. Tepatnya pada header diberi variasi java biar kelihatan lebih hidup dan dinamis, karena wordpress tidak support java atau flash, ya akhirnya wordpressnya juga sedikit dimodifikasi juga sih biar animasinya bisa jalan. Tapi maaf saya belum tau bagaimana cara penerapannya di blogger, soalnya belum pernah nyoba.. ^^
pake sarung ato nggak, yang penting Islam and bener…heheheh
Bung Jod, saya belum menangkap maksud ceritanya. Mungkin nanti saya tunggu sambungannya biar saya lebih paham. Ditunggu.
he..he.. sebenernya nanti rangkaian dari beberapa cerita yg sudah (dan belum) diposting akan menuju pada sebuah ‘titik’ kesimpulan tertentu.. tunggu aja.. ^^
Buat semua: terima kasih atas kunjungan dan komentarnya yah.. ^^ makasih juga buat semua dukungan dan pujian yg sudah disampaikan..
Ini adalah pesan singkat untuk memberitahukan bahwa editan account situs Anda telah disetujui Admin Indotopten, terima kasih..
😀
Waaaaaaaaaaaaahhhh…
ternyata….
dibalik cerita ustad tadi…
menyimpan sesuatu yaitu, tentang berubahnya template blog ini, hekekekeke
bisa saja menyambungkan dengan cerita sebelumnya,, kereeeeeeenn lah
keren mas flash kincir anginnya 🙂
cerita yang menginspirasi…banyak pelajaran yang dapat diambil..
komenya kok kebanyakan pd bahas Kincir angin sih, biasa ajah kali…
Mas, ini gak nyindir saya, waktu saya nanya ke mas Joddie khan…??? 😀
Bagus banget ceritanya
sederhana tapi cukup bermakna
Mmmm, cukup bagus
ya, cara yang cukup bijak 🙂
singkat tapi sangat inspiratif…
ya, cara yang cukup bijak 🙂